Sejak awal pembentukannya, hubungan judi casino perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara lain, termasuk Kanada, selalu diwarnai dengan kebijakan tarif yang saling bersaing. Sebelum era Presiden Donald Trump, perang tarif antara AS dan berbagai negara, termasuk Kanada, telah menjadi bagian dari sejarah panjang dalam kebijakan ekonomi AS. Meskipun kebijakan tarif sering kali dianggap sebagai instrumen untuk melindungi industri dalam negeri, hal ini juga memicu ketegangan internasional yang berdampak pada ekonomi global. Untuk memahami lebih dalam mengenai perang tarif AS, kita perlu melihat beberapa periode kunci yang membentuk kebijakan ini.
Perang Tarif AS dan Kanada Sebelum Trump
Sejak terbentuknya perjanjian perdagangan bebas pertama antara AS dan Kanada pada 1854, hubungan perdagangan kedua negara cenderung stabil. Namun, ketegangan mulai muncul ketika AS, di bawah berbagai administrasi, mengimplementasikan kebijakan tarif yang dapat menguntungkan industri dalam negeri, namun merugikan negara mitra, termasuk Kanada. Salah satu periode paling signifikan dalam sejarah perdagangan AS-Kanada adalah ketika Presiden AS, Herbert Hoover, pada awal 1930-an memperkenalkan Smoot-Hawley Tariff Act yang menaikkan tarif terhadap barang-barang impor, termasuk barang dari Kanada.
Pada saat itu, Kanada adalah salah satu negara yang paling terpengaruh oleh kebijakan tarif AS karena negara ini sangat bergantung pada ekspor ke AS. Implikasi dari Smoot-Hawley menyebabkan penurunan signifikan dalam perdagangan antara AS dan Kanada. Dalam konteks global, kebijakan tarif ini juga memicu balasan dari negara-negara lain, yang semakin memperburuk kondisi ekonomi global pada masa Depresi Besar.
Namun, pasca-Perang Dunia II, hubungan perdagangan AS dan Kanada mulai stabil kembali dengan terbentuknya Perjanjian Perdagangan Kanada-AS pada 1989 yang kemudian berkembang menjadi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) pada 1994. NAFTA menghapuskan banyak tarif antara ketiga negara di Amerika Utara (AS, Kanada, dan Meksiko), yang meningkatkan perdagangan dan ekonomi kawasan tersebut.
Perang Tarif AS dengan Dunia Sebelum Trump
Sebelum masa kepemimpinan Donald Trump, kebijakan tarif AS juga kerap menimbulkan ketegangan dengan negara-negara lain. Pada akhir abad ke-19, AS mulai mengenakan tarif untuk melindungi sektor industri yang berkembang pesat, terutama di bidang manufaktur. Tarif yang tinggi pada masa ini, seperti yang diterapkan oleh Presiden William McKinley pada 1890, berfungsi untuk melindungi produsen dalam negeri, tetapi juga meningkatkan harga barang bagi konsumen.
Pada abad ke-20, kebijakan tarif AS dipengaruhi oleh dua faktor utama: proteksionisme dan kebutuhan untuk memperoleh pendapatan bagi pemerintah. Namun, setelah Perang Dunia II, AS mulai mengurangi tarif dalam upaya untuk mendorong perdagangan internasional dan menghindari persaingan ekonomi yang merugikan. Kebijakan ini puncaknya tercermin dalam pembentukan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947, yang bertujuan untuk mempromosikan perdagangan bebas dan mengurangi hambatan tarif di seluruh dunia.
Meskipun demikian, ketegangan tarif tidak pernah hilang sepenuhnya. Negara-negara Eropa dan Jepang sering kali mengeluhkan kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS, terutama dalam sektor pertanian. Terlebih lagi, pada tahun 1980-an dan 1990-an, AS terlibat dalam perselisihan perdagangan dengan Jepang terkait tarif dan pengenaan kuota impor, yang memicu kebijakan tarif yang lebih proteksionis.
Kebijakan Tarif Era Trump
Pada tahun 2018, Presiden Donald Trump membawa kebijakan tarif ke level yang lebih tinggi dengan mengumumkan tarif impor yang signifikan terhadap beberapa negara, termasuk Cina, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko. Trump mengklaim bahwa tarif tersebut diperlukan untuk melawan praktik perdagangan yang tidak adil dan untuk melindungi pekerjaan di AS. Salah satu kebijakan yang paling terkenal adalah tarif 25% pada baja dan 10% pada aluminium yang diberlakukan terhadap banyak negara, termasuk Kanada, yang dianggap sebagai mitra dagang utama AS.
Pengenaan tarif oleh Trump memicu balasan dari negara-negara yang terkena dampaknya. Kanada, misalnya, memberlakukan tarif balasan terhadap sejumlah produk AS, seperti motor dan produk makanan, yang semakin memperburuk ketegangan perdagangan di kawasan tersebut. Perselisihan ini juga mempengaruhi pembaruan NAFTA yang akhirnya digantikan dengan Perjanjian Amerika Utara yang Baru (USMCA) pada 2020.
Kesimpulan
Perang tarif AS dengan Kanada dan dunia memiliki sejarah yang panjang dan kompleks. Dari kebijakan proteksionis pada awal abad ke-20 hingga pengenaan tarif yang lebih agresif di era Trump, kebijakan tarif sering kali mencerminkan dinamika ekonomi dan politik dalam negeri AS. Meskipun pada awalnya tarif digunakan untuk melindungi industri dalam negeri, dampaknya terhadap ekonomi global dan hubungan internasional tidak bisa diabaikan. Ketegangan perdagangan yang muncul dari kebijakan tarif ini terus membentuk lanskap ekonomi global hingga hari ini.